TUHAN
Dari
Tuhan yang memberikan aku cinta.
Dari
Cinta yang memberikan aku Alam.
Dari
Alam yang memberikan aku kehidupan
Dari
Kehidupan yang memberikan aku Agama.
Dari
Agama yang memberikan aku Iman.
Dan
dari Iman, Aku mengenal Tuhan.
KASIHAN
RAKYAT KU
Kasihan Rakyat ku yang pakiannya berbau busuk
bangkai, yang memakan roti dari sisa-sisa tikus penghayat.
Kasihan Rakyat ku yang minun dan mandi dari air
keruh beracun. Kecerdasan sebagai pecundang Negara yang Menyembah Lembaran di
lembah hitam berduri.
Rumah surga sebagai lambang, sekaligus dari
utusan Tuhan yang terbatas.
Para penghayat Laknat menghancurkan Negeri lalu
Rakyatku menangis.
Atas fallibillisme sisi buruk, sebagai kelemahan
bila ada intervensi lain untuk membunuh.
Sauvinistis tak melekat dalam diri, yang tampak hanyalah kapiditas sebagai kehormatan
pembohong.
Belenggu sebgai alang, menangis berjawat
kecandan, kelik-kelik pelan semakin sakit dibelakang mencencang menetak. Mati
sebagai batas waktu, mereka berkata.
LARILAH
WAHAI PERANI (pewaris negeri ini)
Dimanakah Engkau menyimpan rasa kasihanmu,?
Sungguh engkau tak punya hati.
Harga bukan untuk dipandang sebagai wibawa.
Sungguh engkau lalai
Pergilah sejauh mungkin
Larilah si perani
Jangan lagi engkau melihat
Majulah terus Wahai yang ditindas.
Mereka telah bertekat membawa derita atas mu
Sungguh dirimu kasihan
Diterpa batu karang yang menyiksa batin dan raga
Yang mereka lihat hanyalah kebencian.
PROSA
Ia bagaikan kegelapan membutakan mata-hati-MU
PANTUN
Apa biru di ujung sana
Seorang lelaki bermain api
Api apa dan yang mana
Api nafsu membakar hati
Apa merah disudut jalan
Seorang anak bermuka masam
Sia paitu yang membuat beban
Seorang lelaki berhati seram
(sahabat pemuda bajak laut)
M.AMIN D.M (ypup)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar