TIDURLAH ADIKKU
Tidurlah
adikku karena ranjangmu telah menyulam cerita indah dalam tidurmu dan menyulam
menjadi butiran-butiran pesan dari surga untukmu.
Adikku
sebentar lagi pagi akan tiba, teguglah dengan sentuhan kasih-sayang sang
penyejuk jiwa dari jiwa-jiwa tergersang
yang membatu sebagai pemuja terhadap berhala.
Adikku
sungguh indah hidup ini diantara mereka yang menikmatinya atau mereka yang
menjiwai hal ihwal tentang kehidupan.
Adikku pernah
kudengar seorang anak mengeluh- kesahkan dipinggir jalanan kota yang mengamuk,
sungguh menyakitkan setelah kudengar pernyataan-pernyataan yang memilukan jiwa
yang lebih besar.
Pernah
kudengar juga adikku, seorang wanita gila yang bernyanyi sambil menangis dan
tertawa diatas kuburan para pencari Tuhan yang gagal, juga para pecundang yang merasa dirinya suci jauh dari kesempurnaan. Namun
aku selalu bertanya ataupun mencari siapa dan dimanakah orang sempurnah yang
jauh lebih suci itu?
Adikku jangan
takut pada mereka yang sempurnah, juga jangan takut kepada orang yang
mengata-ngataimu atau mereka yang tertelan sendiri oleh tawaan mereka, dan
biarlah mereka tertawa sepuasnya hingga mati dalam kepuasannya.
Adikku
janganlah menangis, hapuslah airmata mu, yakinlah dan teruslah maju adikku.
Adikku lihatlah siapa diantara kita yang mendahuluimu, aku, kau, atau mereka.?
DOA DAN AIR MATA
Perhatikan dengan
hati paling bening. Betapa kita jarang menyatakan kerinduan cinta kepada Sang
Khaliq dengan rintihan dan air mata. Hari-hari dipenuhi dengan kesenangan dan kesenangan.
Hidup seakan tak menemukan wajah sejatinya karena didera tawa yang menutup
bashirah (mata batinnya) untuk menatap wajah Ilahi. Padahal, sungguh pada
setiap desah napas adalah untaian langkah perjalanan menuju hari akhir.
Teringatlah kita akan
sikap mahabbah penuh cinta para perindu Ilahi. Siang hari, kita mengepakkan
sayap kehidupannya dengan penuh marhamah (kasih sayang), bagaikan singa jantan
ia menunddukan dunianya. Tetapi, bila kelambu malam menyelimuti dirinya, ia pun
meneteskan air mata, merintih penuh harap dan takut, bagaikan anak kecil yang
merindukan ibunya.
Alangkah indahnya
tetesan air mata yang merembes dari kelopak mata karena takut, cemas, dan penuh
harap ke hadirat Ilahi. Tangisan itu adalah bahasa batin. Ungkapan kalimat yang
tidak mungkin diungkapkan dan tuliskan sepenuhnya dengan bahasa lisan.
Allah berfirman,
"Dan sujudlah mereka sambil menangis, dan bertambah khusyuk." (QS
al-Isra’ [17]: 109).
Tangisan yang muncul
karena takut kepada Allah, akan menambah rasa khusyuk dan keyakinan bahwa dia
akan terbebaskan dari beban yang berat di dunia dan di akhirat. Rasulullah SAW
telah bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang pernah menangis
karena takut kepada Allah.” (HR Tirmidzi dalam Riyaduh Shalihin, I/393).
Ketika kita shalat
dan berdoa, dengan khusyuknya dan tenggelam dalam kerinduan kepada Allah
disertai dengan isak tangis yang merintih.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Tetesan
air mata dan ketakutan hati adalah bagian dari rahmat Allah saat berzikir
kepada-Nya. Jika kamu mendapatkan kondisi ini, sampaikan doamu. Dan sekiranya
ada seorang hamba dalam umat ini menangis, niscaya Allah SWT menyayangi umat
itu karena zikirnya yang disertai tangisan.” (Biharul Anwar, 93: 336).
Menangislah dengan
deraian air mata. Ia sangat diperlukan untuk menundukkan hati dan jiwa yang
kaku karena tak pernah merasa takut kepada Allah. Menangislah, menangislah,
karena tangisanmu akan membawamu pada perasaan yang halus dan peka pada
kehidupan.
Karena itu,
saudaraku, iringilah doa-doamu dengan air mata. Adukan suka-dukamu kepada Allah
dengan wajah basah dan hati gerimis. Karena sesungguhnya, di setiap tetes air
matamu akan ada ijabah Ilahiyah yang tersenyum.
KICAUAN
BURUNG LAUT
Siulan
indah burung laut berirama senandung angin timur menghempas dedaunan
Ombak-ombak
bergemuruh menunduk tak berdaya, terpanah pesonah indah pandangan
Luluh
lanta hati berpelangi mencolok
Kemerah-merahan
awan mejelang petang, hamparan langit biru hilang terbentang gelap
Siulan
burung laut larut dalam keheningan tasbih.
Ombak-0mbak bernyanyi bergantian tiada henti
Menghempas jiwa membawa samudera cinta palsu meraung menusuk dalam jiwaku
By
Muh. Amin D.M (YPUP)
(sahabat pemuda bajak laut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar